Laporan Praktikum
BIOTEKNOLOGI
PESTISIDA NABATI
OLEH
NAMA : SAKTI
NIM : G11112340
KELAS : D
PRODI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Usaha peningkatan produksi pertanian
tidak hanya dilakukan melalui pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan
tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan
hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia
yang disebut dengan pestisida.. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan
dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian
lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak
hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif
yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya : Tanaman yang
diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam
akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada
hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan
tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang
ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka
bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh
pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi
lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam
tubuh bayi (bioakumulasi).
Pestisida tidak hanya beracun bagi
hama, tetapi dapat juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan
bahkan manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul,
penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan
sesuai petunjuk. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida
dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang
berasal dari tumbuhan (pestisida nabati). Pestisida nabati tidak mencemari
lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman
bagi ternak peliharaan dan manusia.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka perlu dilakukan percobaan tentang pembuatan
pestisida nabati sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan
oleh pestisida buatan.
1.2.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari
praktikum pembuatan pestisida nabati adalah untuk mengetahui teknik-teknik
pembuatan pestisida nabati dan mengetahui manfaat pestisida nabati.
Kegunaan
dari praktikum pembutan pestisida nabati adalah agar mahasiswa dapat membuat
pestisida nabati sendiri setelah mengetahui teknik-teknik pembuatan pestisida
nabati dan telah mengetahui manfaat dari pestisida nabati tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pestisida Nabati
Pestisida nabati
merupakan kearifan lokal di Indonesia yang sangat potensial untuk dimanfaatkan
dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), guna mendukung
terciptanya sistem pertanian organik. Secara umum pestisida nabati diartikan
sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Pestisida nabati relatif mudah
dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas juga oleh karena terbuat
dari bahan alami /nabati,maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai
(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman
bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang (Kardinan,
2008).
Pestisida Nabati adalah pestisida
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktekkan
3 abad yang lalu. Pada tahun 1690, petani di Perancis telahmenggunakan perasaan
daun tembakau untuk mengendalikan hama kepik pada tanaman buahpersik. Tahun
1800, bubuk tanaman pirethrum digunakan untuk mengendalikan kutu. Penggunaan
pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya
relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia. Oleh karena
terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai
di alam jadi residunya singkat sekali. Pestisida nabati bersifat “pukul
danlari” yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan
setelah terbunuh maka residunya cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan
terbebas dari residu sehingga tanaman aman untuk dikonsumsi. Pestisida nabati
dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja
yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara
kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu merusak perkembangan telur, larva,
dan pupa kemudian menghambat pergantian kulit dan menganggu komunikasi serangga
serta menyebabkan serangga menolak makan. Selanjutnya menghambat reproduksi
serangga betina dan mengurangi nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga,
mengusir serangga kemudian menghambat perkembangan patogen penyakit (Anonimb,
2011).
Pestisida nabati merupakan produk
alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang
mempunyai kelompok metabolitsekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman
telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau
menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang
mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan
serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan
Marwoto, 2000).
Secara
ekonomis, maka biaya pestisida nabati yang dikeluarkan petani relatif lebih
ringan dibanding pestisida sintetis, di mana harga pestisida sintetis di era
sekarang lebih mahal. Pestisida nabati/ alami diartikan sebagai suatu estisida
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita.
Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Dari sisi lain pestisida alami/
nabati, mempunyai keistimewaan yang bersifat mudah terurai di alam, sehingga
tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan
karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat lebih aman dan nyaman,
yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak)
dan setelah hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang di alam.
Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk
dikonsumsi.
Penggunaan
pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu
penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif
agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis dan agar
penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan, sehingga kerusakan lingkungan
yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi dan waktu kerusakan
lingkungan dapat diperlambat pula. Kegunaan Pemakaian Pestisida Nabati : Untuk
meminimalkan pemakaian pestisida sintetis sehingga dapat mengurangi kerusakan
lingkungan, Untuk mengurangi biaya usaha tani yang mana bahan pestisida nabati
mudah didapat yang tumbuh di sekitar kita dan mudah dibuat oleh siapapun
khususnya para petani, Tidak membahayakan kesehatan bagi manusia dan ternak
peliharaan (Anonima, 2010).
2.2 Kandungan Kimia
Daun Mimba sebagai Pestisida Nabati
Mimba,
terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi
metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian
(pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa
diantaranya adalah azadirachtin,
salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin
Azadirachtin sendiri terdiri
dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang paling bertanggung jawab
sebagai pestisida atau obat. Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun
mengganggu hama pada proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya (Becker,
1965).
Azadirachtin
berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon
ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga.
Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan
dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong
menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan
kematian (Marwoto, 2000).
Salanin
berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya
rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh
karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya
tidak mati seketika setelah disemprot (knock down), namun memerlukan beberapa
hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot
tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit
(Ruskin, 1993).
Meliantriol
berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan
mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca
gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang,
kecuali satu jenis tanaman, yaitu mimba. Mimba pun dapat merubah tingkah laku
serangga, khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi,
bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak
(Untung, 1993).
Nimbin dan nimbidin
berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida,
fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman.
Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya
masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis
penyakit pada manusia (Kardinan, 2003).
2.3 Manfaata Ekstrak
Daun Nimba Sebagai Pestisida Nabati
Manfaat
daun mimba sebagai pestisida nabati sangat mengguntungkan bagi para petani
dalam pengendalian hama secara biologis dan selain itu juga dapat digunakan
sebagai obat tradisional untuk kesehatan. Tanaman Mimba sebagai pestisida
nabati memiliki daya kerja yang efektif, ekonomis, aman, mudah didapat dan
ramah lingkungan. Zat-zat racun yang ada di dalam tanaman mimba
bermanfaat untuk insektisida, repelen, akarisida, penghambat pertumbuhan,
neumatisida, fungisida, anti virus. Racun tersebut sebagai racun perut
dan sistemik. Mimba memiliki efek anti serangga dengan azadirachtin sebagai komponen
yang paling paten (Thamrin , 2008).
Ekstrak
daun dapat berefek sebagai fungisida alami pada pengendalian penyakit
antraknosa pada apel pasca panen, berefek insektisida terhadap larva Aedes
aegypti. Toksisitas dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak, serta
kemungkinan sebagai penyebab konjugtivitas dan inflamasi. Sudah sejak
lama mimba digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan
yang luas (Broad spectrum),
baik digunakan secara sederhana di negara berkembang, maupun digunakan secara
terformula di negara maju, seperti Amerika Serikat. Pada awalnya hanya
diperuntukan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada
tanaman yang bukan untuk dikonsumsi, namun belakangan ini sudah diperkenankan
dipergunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman pangan (food crops). Diduga aplikasi
ekstrak daun mimba pada berbagai tingkat konsentrasi akan mempengaruhi
perkembangan hama Plutella xylostella dan dapat mengurangi persentase kerusakan
pada tanaman (Ruskin, 1993).
Cara
untuk menghasilkan pangan sehat dan aman (toyibanfood) antara lain dapat
melalui gerakan pertanian organik, yang melarang penggunaan pestisida kimia
sintetis, menggantinya dengan pestisida nabati yang bersahabat dengan
lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia . Pestisida nabati dapat membunuh
atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu
dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida
nabati sangat spesifik, yaitu : Merusak perkembangan telur, larva dan pupa,
menghambat pergantian kulit, mengganggu komunikasi seangga, menyebabkan
serangga menolak makan, menghambat reproduksi serangga betina, mengurangi nafsu
makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga, dan menghambat
perkembangan patogen penyakit (Anonima, 2010).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum pembuatan pestisida nabati dilaksanakan di gedung Pusat Kegiatan Penenelitian
Lantai 4, Universitas Hasanuddin Makassar, Sabtu, 16 Maret 2013 pukul 10.00
WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pestisida nabati adalah
blender, ember, dan isolasi atau lakban, dan pengaduk.
Adapun bahan
yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati adalah daun nimba, gula merah,
EM4 dan air serta sabun colek.
3.3. Prosedur Kerja
Adapun prsedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.
Haluskan daun nimba
dengan menggunakan blender.
2.
Setelah daun nimba
halus, masukkan kedalam ember dan tambahkan air sampai
3.
Tambahkan gula merah ke dalam larutan daun nimba.
4.
Aduk hingga merata
5.
Olesi penutup ember dan
mulut ember dengan menggunakan sabun colek agar tidak ada lalat yang mendekat.
6.
Tutup ember dan beri
isolasi pada bagian pinggirnya agar udara tidak dapat masuk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Daun gamal
Daun gamal
dihaluskan
Poses pencampuran bahan Penutupan ember dengan selotip
4.2.Pembahasan
Daun mimba (Azadirachta
indica) tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun
majemuk menyirip genap. Daun mimba dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membasmi
hama dengan cara yang tradisional yang ramah lingkungan, karena penggunaan daun
mimba sebagai pestisida nabati tidak menimbulkan dampak atau pencemaran yang
membahayakan masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan pendapat Ruskin (1993),
yang menyatakan Mimba terutama dalam biji dan daunnya
mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga
sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun
farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin,
salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin.
Mimba (Azadirachta
indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan
pestisida (pestisida nabati) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian
hama. Penanaman dapat dilakukan melalui stek, cangkok, dan biji. Bagian
tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan
bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama
azadiraktin. Hal ini sesuai dengan pendapat Backer dan Van der Brink (1965) yang menyatakan bahwa daun mimba yang
bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida,
virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida.
Mimba
memiliki efek anti serangga dengan azadirachtin sebagai komponen yang paling
potensi. Ekstrak daun dapat berefek sebagai fungisida alami pada pengendalian
penyakit antraknosa pada apel pasca panen, berefek insektisida terhadap larva
Aedes aegypti. Ekstrak biji berpengaruh sublethal terhadap struktur
mikroanatomi ventrikulus dan penghambatan pertumbuhan Plasmodium berghei pada
mencit. Toksisitas Dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak, serta
kemungkinan sebagai penyebab konjugtivitas dan inflamasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Untung (1993), menyatakan bahwa ekstrak
daun mimba dapat mengendalikan siklus pertumbuhan hama terutama pada serangga.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa;
1.
Daun nimba
memiliki ekstrak yang mengandung
senyawa aktif utama azadiraktin yang dapat digunakan sebagai pestisida.
2.
Pengendalian hama dengan menggunakan
mimba sebagai insektisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain di
alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga menghasilkan produk pertanian yang
sehat karena bebas residu pestisida kimia, cara kerja spesifik, sehingga
relatif aman terhadap vertebrata (manusia, lingkungan dan ternak), tidak mudah
menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu, serta
murah dan mudah dibuat oleh petani, , tidak menyebabkan keracunan pada tanaman,
sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara
pengendalian yang lain.
3.
Manfaat pestisida nabati adalah
Sebagai bahan kimia dari tumbuhan; Dapat digunakan sebagai agen pengendalian
hama; Bersifat mematikan hama dengan cepat; Bersifat sebagai zat menghambat
perkembangan serangga/hama; Bersifat sebagai zat pemikat; Bersifat sebagai zat
penolak; Bersifat sebagai zat penghambat makan.
5.2. Saran
Dalam membuat pestisida sebaiknya
semua bahan yang akan digunakan sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sebelum
digunakan agar mengetahui berapa banyak bahan yang digunakan dalam pembuatan
pestisida nabati ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonima,2010.
Pembuatan Pestisida Nabati. http://www.shvoong.com.Diakses pada
tanggal 8 Maret 2013.
Anonimb.
2011. Bahan-bahan nabati yang dapat digunakan sebagai pengendali organisme
pengganggu tanaman. http://faperta.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 20
Maret 2013.
Backer dan Van der Brink, 1965. Insektisida Alami. http://ipb.ac.id. pada. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013.
Kardinan A dan Dhalimi A. “MIMBA”
(Azadirachta indica A.Juss) Tanaman Multi Manfaat. Perkembangan Teknologi
TRO Vol. XV No.1, 2003.
Ruskin,
1993. Mengenal tanaman bahan pestisida
nabati.IDEP Foundation. ISBN: 979-15305-0-5. PPL, Cianjur. Diakses pada
tanggal 21 Maret 2013.
Supriyatin dan Marwoto, 2000. Pestisida
Nabati. Jakarta: Rineka Cipta. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013.
Thamrin
dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan
Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Jakarta: balai pertanian lahan rawa. Diakses
pada tangggal 10 Mareet 2013.
Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga. Diakses pada tanggal
16 Maret 2013.
tentang saya
menyediakan pestisida organik untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
BalasHapus