mouse

Cute Rocking Baby Monkey

Jumat, 06 Desember 2013

PESTISIDA NABATI. SAKTI



Laporan Praktikum
BIOTEKNOLOGI

PESTISIDA NABATI



OLEH
         NAMA               :          SAKTI
         NIM                   :          G11112340
         KELAS              :          D

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013







BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida.. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya : Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).
Pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (pestisida nabati). Pestisida nabati tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia.
            Berdasarkan uraian sebelumnya maka perlu dilakukan percobaan tentang pembuatan pestisida nabati sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan oleh pestisida buatan.
1.2.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum pembuatan pestisida nabati adalah untuk mengetahui teknik-teknik pembuatan pestisida nabati dan mengetahui manfaat pestisida nabati.
Kegunaan dari praktikum pembutan pestisida nabati adalah agar mahasiswa dapat membuat pestisida nabati sendiri setelah mengetahui teknik-teknik pembuatan pestisida nabati dan telah mengetahui manfaat dari pestisida nabati tersebut.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Pestisida Nabati
            Pestisida nabati merupakan kearifan lokal di Indonesia yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), guna mendukung terciptanya sistem pertanian organik. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas juga oleh karena terbuat dari bahan alami /nabati,maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang (Kardinan, 2008).
Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktekkan 3 abad yang lalu. Pada tahun 1690, petani di Perancis telahmenggunakan perasaan daun tembakau untuk mengendalikan hama kepik pada tanaman buahpersik. Tahun 1800, bubuk tanaman pirethrum digunakan untuk mengendalikan kutu. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam jadi residunya singkat sekali. Pestisida nabati bersifat “pukul danlari” yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah terbunuh maka residunya cepat menghilang di alam. Jadi tanaman akan terbebas dari residu sehingga tanaman aman untuk dikonsumsi. Pestisida nabati dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu merusak perkembangan telur, larva, dan pupa kemudian menghambat pergantian kulit dan menganggu komunikasi serangga serta menyebabkan serangga menolak makan. Selanjutnya menghambat reproduksi serangga betina dan mengurangi nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga kemudian menghambat perkembangan patogen penyakit (Anonimb, 2011).
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolitsekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
            Secara ekonomis, maka biaya pestisida nabati yang dikeluarkan petani relatif lebih ringan dibanding pestisida sintetis, di mana harga pestisida sintetis di era sekarang lebih mahal. Pestisida nabati/ alami diartikan sebagai suatu estisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Dari sisi lain pestisida alami/ nabati, mempunyai keistimewaan yang bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak) dan setelah hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi.
          Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis dan agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan, sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi dan waktu kerusakan lingkungan dapat diperlambat pula. Kegunaan Pemakaian Pestisida Nabati : Untuk meminimalkan pemakaian pestisida sintetis sehingga dapat mengurangi kerusakan lingkungan, Untuk mengurangi biaya usaha tani yang mana bahan pestisida nabati mudah didapat yang tumbuh di sekitar kita dan mudah dibuat oleh siapapun khususnya para petani, Tidak membahayakan kesehatan bagi manusia dan ternak peliharaan (Anonima, 2010).
2.2  Kandungan Kimia Daun Mimba sebagai Pestisida Nabati
Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau obat. Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya (Becker, 1965).
Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Marwoto, 2000).
Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot (knock down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).
Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu mimba. Mimba pun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak (Untung, 1993).
Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman. Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit pada manusia (Kardinan, 2003).
2.3  Manfaata Ekstrak Daun Nimba Sebagai Pestisida Nabati
Manfaat daun mimba sebagai pestisida nabati sangat mengguntungkan bagi para petani dalam pengendalian hama secara biologis dan selain itu juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk kesehatan. Tanaman Mimba sebagai pestisida nabati memiliki daya kerja yang efektif, ekonomis, aman, mudah didapat dan ramah lingkungan.  Zat-zat racun yang ada di dalam tanaman mimba bermanfaat untuk insektisida, repelen, akarisida, penghambat pertumbuhan, neumatisida, fungisida, anti virus. Racun tersebut sebagai racun perut dan sistemik. Mimba memiliki efek anti serangga dengan azadirachtin sebagai komponen yang paling paten (Thamrin , 2008).
Ekstrak daun dapat berefek sebagai fungisida alami pada pengendalian penyakit antraknosa pada apel pasca panen, berefek insektisida terhadap larva Aedes aegypti. Toksisitas dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak, serta kemungkinan sebagai penyebab konjugtivitas dan inflamasi.  Sudah sejak lama mimba digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas (Broad spectrum), baik digunakan secara sederhana di negara berkembang, maupun digunakan secara terformula di negara maju, seperti Amerika Serikat. Pada awalnya hanya diperuntukan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman yang bukan untuk dikonsumsi, namun belakangan ini sudah diperkenankan dipergunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman pangan (food crops). Diduga aplikasi ekstrak daun mimba pada berbagai tingkat konsentrasi akan mempengaruhi perkembangan hama Plutella xylostella dan dapat mengurangi persentase kerusakan pada tanaman (Ruskin, 1993).
Cara untuk menghasilkan pangan sehat dan aman (toyibanfood) antara lain dapat melalui gerakan pertanian organik, yang melarang penggunaan pestisida kimia sintetis, menggantinya dengan pestisida nabati yang bersahabat dengan lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia . Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu : Merusak perkembangan telur, larva dan pupa, menghambat pergantian kulit, mengganggu komunikasi seangga, menyebabkan serangga menolak makan, menghambat reproduksi serangga betina, mengurangi nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga, dan menghambat perkembangan patogen penyakit (Anonima, 2010).





BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
            Praktikum pembuatan pestisida nabati dilaksanakan di gedung Pusat Kegiatan Penenelitian Lantai 4, Universitas Hasanuddin Makassar, Sabtu, 16 Maret 2013 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pestisida nabati adalah blender, ember, dan isolasi atau lakban, dan pengaduk.
            Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati adalah daun nimba, gula merah, EM4 dan air serta sabun colek.
3.3. Prosedur Kerja
            Adapun prsedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.    Haluskan daun nimba dengan menggunakan blender.
2.    Setelah daun nimba halus, masukkan kedalam ember dan tambahkan air sampai
3.    Tambahkan  gula merah ke dalam larutan daun nimba.
4.    Aduk hingga merata
5.    Olesi penutup ember dan mulut ember dengan menggunakan sabun colek agar tidak ada lalat yang mendekat.
6.    Tutup ember dan beri isolasi pada bagian pinggirnya agar udara tidak dapat masuk.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Daun gamal                                  Daun gamal dihaluskan








Poses pencampuran bahan            Penutupan ember dengan selotip
4.2.Pembahasan
Daun mimba (Azadirachta indica)  tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap. Daun mimba dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membasmi hama dengan cara yang tradisional yang ramah lingkungan, karena penggunaan daun mimba sebagai pestisida nabati tidak menimbulkan dampak atau pencemaran yang membahayakan masyarakat sekitar.  Hal ini sesuai dengan pendapat Ruskin (1993), yang menyatakan Mimba terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin.
Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati)  yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Penanaman dapat dilakukan melalui stek, cangkok, dan biji.  Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Hal ini sesuai dengan pendapat Backer dan Van der Brink  (1965) yang menyatakan bahwa daun mimba yang bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida.
Mimba memiliki efek anti serangga dengan azadirachtin sebagai komponen yang paling potensi. Ekstrak daun dapat berefek sebagai fungisida alami pada pengendalian penyakit antraknosa pada apel pasca panen, berefek insektisida terhadap larva Aedes aegypti. Ekstrak biji berpengaruh sublethal terhadap struktur mikroanatomi ventrikulus dan penghambatan pertumbuhan Plasmodium berghei pada mencit. Toksisitas Dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak, serta kemungkinan sebagai penyebab konjugtivitas dan inflamasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Untung (1993), menyatakan bahwa ekstrak daun mimba dapat mengendalikan siklus pertumbuhan hama terutama pada serangga.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa;
1.    Daun nimba memiliki ekstrak yang mengandung senyawa aktif utama azadiraktin yang dapat digunakan sebagai pestisida.
2.    Pengendalian hama dengan menggunakan mimba sebagai insektisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia, cara kerja spesifik, sehingga relatif aman terhadap vertebrata (manusia, lingkungan dan ternak), tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu, serta murah dan mudah dibuat oleh petani, , tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
3.    Manfaat pestisida nabati adalah Sebagai bahan kimia dari tumbuhan; Dapat digunakan sebagai agen pengendalian hama; Bersifat mematikan hama dengan cepat; Bersifat sebagai zat menghambat perkembangan serangga/hama; Bersifat sebagai zat pemikat; Bersifat sebagai zat penolak; Bersifat sebagai zat penghambat makan.
5.2. Saran
Dalam membuat pestisida sebaiknya semua bahan yang akan digunakan sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sebelum digunakan agar mengetahui berapa banyak bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati ini.


DAFTAR PUSTAKA
Anonima,2010. Pembuatan Pestisida Nabati. http://www.shvoong.com.Diakses pada tanggal 8 Maret 2013.
Anonimb. 2011. Bahan-bahan nabati yang dapat digunakan sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman. http://faperta.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013.
Backer dan Van der Brink, 1965. Insektisida Alami. http://ipb.ac.id. pada. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013.
Kardinan A dan Dhalimi A. “MIMBA” (Azadirachta indica A.Juss) Tanaman Multi Manfaat. Perkembangan Teknologi TRO Vol. XV No.1, 2003.
Ruskin, 1993. Mengenal tanaman bahan pestisida nabati.IDEP Foundation. ISBN: 979-15305-0-5. PPL, Cianjur. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013.
Supriyatin dan Marwoto, 2000. Pestisida Nabati. Jakarta: Rineka Cipta. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013.
Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Jakarta: balai pertanian lahan rawa. Diakses pada tangggal 10 Mareet 2013.
Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga. Diakses pada tanggal 16 Maret 2013.






tentang saya


 

1 komentar:

  1. menyediakan pestisida organik untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus