mouse

Cute Rocking Baby Monkey

Kamis, 05 Desember 2013

KULTUR JARINGAN. SAKTI



Laporan Praktikum
BIOTEKNOLOGI

                                                                  

KULTUR JARINGAN





OLEH
                     NAMA               : SAKTI
                     NIM                    : G11112340
                     KELAS              : D

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perbanyakan tanaman kita ketahui digolongkan menjadi 2, yaitu perbanyakan tanaman secara generative yaitu dengan menanam biji tanaman tertentu dan secara vegetative yaitu dapat dilakukan dengan cara cangkok, okulasi, penyambungan, merunduk, setek, walaupun perbanyakan tanaman dengan biji lebih mudah karena biji yang tidak sengaja ditanam dapat tumbuh menjadi tanaman baru namun tanaman yang baru tersebut tidak mempunyai sifat yang sama dengan induknya dan kadang dapat memperoleh tanaman yang sifatnya lebih buruk dari induknya. Sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetative mempunyai kelebihan yaitu  dapat cepat menghasilkan keturunan baru dalam jumlah banyak sehingga biayanya lebih murah.
Di era modern sekarang ini banyak sekali cara membudidayakan tanaman secara vegetative menggunakan cara lebih praktis, lebih praktis dalam hal ini yaitu cara membudidayakan suatu tanaman yang hanya membutuhkan waktu yang relative singkat dan dengan hasil yang dihasilkan sangat memuaskan. Salah satunya yaitu dengan cara kultur jaringan in vitro tumbuhan yang dapat dilakukan pada tanaman yaitu contohnya tembakau, pisang, kelapa, melinjo, dan anggrek.
Kultur jaringan merupakan salah cara membudidayakan tanaman secara vegetative  dengan menggunakan teknik mengisolasi bagian tanaman tertentu seperti daun, mata tunas, embrio serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam medium yang dibuat steril dengan kandungan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang transparan atau tembus cahaya sehingga tanaman dapat melakukan proses fotosintesis sehingga dapat memperbanyak diri dan bergenerasi secara lengkap dan menjadi tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya.
Banyak manfaat yang diperoleh dari cara membudidayakan tanaman dengan cara kultur jaringan tumbuhan yaitu diantaranya mendapatkan tanaman yang banyak dengan waktu yang relative singkat, mempunyai sifat yang sama dengan induknya, tanaman yang bebas virus, memperoleh bibit unggul dan sebagai penyimpan plasma nutfah.
Tak dapat dipungkiri, walaupun kultur jaringan bukan hal baru dalam dunia pertanian tetapi di indonesia perkembangan kultur jaringan tumbuhan itu sendiri sangat tertinggal dengan Negara di asia lain, jika 100 orang Indonesia ditanya apa itu kultur jaringan? Maka hanya 1 orang yang bisa menjawab dan sisa 99 orang lainnya akan bertanya balik. Jika dibandingkan dengan Negara tetangga seperti Malaysia, singapura, dan Thailand maka Indonesia sudah tertinggal selama 30 tahun, hal ini berbanding terbalik dengan dahulu yaitu Negara tetangga yang khususnya Malaysia yang belajar dari Indonesia, tetapi sekarang kenyataannya Indonesia yang telah ketinggalan 30 langkah dari Negara tetangga.
Jika pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia “melek” akan teknologi modern yang sudah canggih sekarang ini, pasti Negara Indonesia akan menjadi Negara yang kaya akan sumber makanan dan dapat memproduksi dan memenuhi kebutuhan akan bahan pangan yang berkuailtas sehingga tidak perlu mengimpor bahan pangan dari luar negri, sebaliknya Indonesia akan dapat menjadi produsen yang dapat mengekspor hasil bahan pangan ke luar negri.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum  kultur jaringan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui teknik – teknik perbanyakan tanaman secara in vitro, tata cara penyediaan bahan tanaman untuk kultur jaringan, tata caa sterilisasi media biakan dan alat untuk kultur jaringan, serta mengetahui proses perbanyakan in vitro.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Kultur jaringan adalah  metode untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman seperti sel, jaringan, ataupun organ serta menumbuhkannya secara aseptis ( bebas hama ) di dalam atau di atas medium budidaya sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.Menurut kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya (Suryowinoto, 1991).
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuus atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang bentuk dan fungsi sama. Maka kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Hendaryono DPS & Wijayani A, 1994).
Kultur jaringan juga dapat diartikan sebagaisalah satu cara membudidayakan tanaman secara vegetative dengan menggunakan teknik mengisolasi bagian tanaman atau jaringan tertentu seperti daun muda, tunas pucuk, batang pucuk, endosperm, keike, biji, ploem, dan epilotil serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam medium yang dibuat aseptic dan steril dengan kandungan nutrisi dan zat pengtur tumbuh dalam wadah yang transparan atau tembus cahaya sehingga tanaman dapat melakukan proses fotosintesis dan dapat memperbanyak diri serta bergenerasi secara lengkap dan menjadi tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya (Rahardja, 1995)
Pelaksanaan kultur jaringan ini berdasarkan teori sel seperti yang telah dikemukakan oleh schleiden dan Schwann, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi yaitu kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apalagi diletakkan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna (Hendaryono DPS & Wijayani A. 1994).
Kultur jaringan memiliki beberapa macam teknik, diantaranya yaitu sebagai berikut: 1.      Meristem kultur, yaitu salah satu cara dalam teknik kultur jaringan tumbuhan yang menggunakan eksplan(bagian tanaman) berupa jaringan muda atau disebut juga meristem. Teknik ini dapat dilakukan pada kultur meristem melinjo, 2.      Pollen atau anther kultur, yaitu salah satu cara dalam teknik kultur jaringan  yang menggunakan eksplan berupa serbuk sari atau benang sari tumbuhan,  3.      Protoplast kultur, yaitu merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang menggunakan eksplan berupa protoplast ( sel hidup yang telah dihilangkan dinding selnya), 4.      Chloroplast kultur, yaitu merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang menggunakan eksplan berupa cloroplas dengan tujuan untuk memperbaiki sifat tanaman dengan membuat varietas baru, dan 5.      Somatic cross atau persilangan protoplasma, yaitu merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang berupa penyilangan dua macam protoplasma menjadi satu, kemudian dikulturkan secara in vitro dalam medium sehingga menjadi tanaman yang mempunyai sifat baru (leo anjar kusuma, 2000).
Teknik dalam kultur jaringan ini mempunyai berbagai macam manfaat yang besar bagi manusia sesuai fungsinya. Antara lain yaitu 1.      dengan teknik kultur jaringan sel Perbanyakan tanaman, 2.      Untuk mengeliminasi atau menghilangkan virus, 3.      Memperbaiki sifat tanaman, 4.      Untuk penyimpanan plasma nutfah, 5.      Produksi metabolism sekunder (leo anjar kusuma, 2000).
Prinsip dasar kultur jaringan yaitu ada 3 prinsip utama 1.  Isolasi bagian tanaman dari tanaman utuh (organ, akar, daun dll), (2)Memelihara bagian tanaman tadi dalam lingkungan yang sesuai dan kondisi kultur yang tepat, serta 3.  Pemeliharaan dalam kondisi aseptic (Zulkarnain, 2009).
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Zulkarnain, 2009).                                                            
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).


BAB III
METODOLOGI
3.1.Tempat dan Waktu
Praktikum kultur jaringan dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai 4, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Senin, 16 Maret 2013 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kultur jaringan adalah botol kultur, dissecting kit, timbangan analitik, wrapping plastik, cawan petri, label, tissue, laminary air flow, autoclave, bahan kimia untuk media b iakan, pH meter, aluminium foil, pipet mikro, tanaman (kentang, vanili, pisang),  sekam dan sekam bakar, pot, gelas aqua, plastik trasparan, media pasir, erlenmeyer, gelas ukur, karet gelang, plastik tahan panas, dan alat tulis menulis serta shaker.
3.3  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum kultur jaringan ini yaitu sebagai berikut :
1.      Teori Singkat tentang teknik dan jenis- jenis kultur jaringan
2.      Pengenalan peralatan lab dan tata cara penggunaanya untuk kultur jaringan
3.      Menyiapkan alat dan bahan untuk pembuatan media biakan
4.      Sterilisasi alat-alat gelas secara kering
5.      Sterilisasi media  biakan
6.      Memberi label pada botol media berdasarkan komoditi yang akan dibiakkan




BAB IV
          HASIL DAN PEMBAHASAN       
4.1. Hasil
 
                                                 Penstrelisasian alat dengan alkohol    



                                            Menggunting eksplan yang akan ditanam

                                                              Penanaman eksplan                  
                                                   Penutupan botol dengan wrapping
4.2. Pembahasan
Dalam penanaman eksplan harus dilakukan di lingkungan yang aseptic. Syarat pertama kultur jaringan juga masih digunakan pada pelaksanaan ini yaitu kondisi yang aseptik. Pada proses penanaman eksplan, lingkungan yang digunakan haruslah benar-benar dalam kondisi yang aseptic. Oleh karenanya penanaman biasanya dilakukan di Enkas, sebuah kotak dengan tepi yang transparan dan terdapat lubang untuk tangan, atau dengan menggunakan LAF (Laminar Air Flow).
Dalam penanaman eksplan semua alat-alat yang digunakan harus steril untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang merupakan hal yang dapat menyebabkan kegagalan dalam penanaman eksplan pada media. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (1988) yang menyatakan Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan momok yang cukup mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptic. Stelah dua acara praktikum diatas dilakukan sterilisasi terhadap peralatan kultur dan media kultur, tanaman atau eksplan yang akan ditanam juga harus dalam keadaan steril dan sehat artinya eksplan tidak terserang penyakit ataupun terkena serangan mikroba.
Selain peralatan yang digunakan yang perlu disterilisasi maka ruangan yang digunkan juga harus dalam keadaan aseptik. Hal ini sesuai pendapat Rahardja (1995) yang menyatakan, keberadaan kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba lainnya sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga perlu dilakukan tentunya dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang aseptic dan menghilangkan mikroba maupun spora penyebab kontaminan.






 BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari  hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
Ø Pada proses penanaman, tahap pertama adalah persiapan alatdan sterilisasi alat dan bahan serta ruangan. Selain itu diperlukan ketelitian yang tinggi untuk menjaga agar tidak terjadi kekeliruan.
Ø Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman yakni sterilnya alat dan bahan yang digunakan, pemakaian safety clothes seperti sarung tangan, masker, dan teknik yang digunakan dalam proses penanaman.

5.2. Saran
Adapun saran untuk laboratorium yaitu agar dibersihkan dan dirapikan alat-alatnya sebelum melakukan suatu praktikum. Dan adapum saran untukasisten agar memberikan penjelasan secara detail tentang praktikum ini kepada para praktikannya.


DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan, PAU Bioteknologi, IPB. Diakses pada tanggal 16 februari 2013.
Hendaryono DPS & Wijaya A. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta: Kanisus. Diakses pada tanggal 16 Maret 2013.
Kusuma, Anjar Leo.2000. Teori-teori Kultur Jaringan Materi Ajar.jogjakarta : UGM. Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.
Rahardja, P. C. 1995. Kultur Jaringan : Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Penerbit Swadaya, Jakarta. Diakses pada tanggal 10 Maret 2013.
Suryowinoto moeso.1996.Pemulihan Tanaman Secara In Vitro.Yogyakarta:Kanisius. Diakses pada tanggal 15 Maret 2013.
Wetherell.1982.Pengantar Propagasi Tanaman Secara In Vitro.Semarang:IKIP Semarang Press. Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.
Zulkarnain, 2009. Kultur jaringan Tanaman Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Jakarta: Bumi Aksara. Diakses pada tanggal 11 Maret 2013.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar