Laporan
Praktikum
BIOTEKNOLOGI
KULTUR JARINGAN
OLEH
NAMA : SAKTI
NIM : G11112340
KELAS : D
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perbanyakan
tanaman kita ketahui digolongkan menjadi 2, yaitu perbanyakan tanaman secara
generative yaitu dengan menanam biji tanaman tertentu dan secara vegetative
yaitu dapat dilakukan dengan cara cangkok, okulasi, penyambungan, merunduk,
setek, walaupun perbanyakan tanaman dengan biji lebih mudah karena biji yang
tidak sengaja ditanam dapat tumbuh menjadi tanaman baru namun tanaman yang baru
tersebut tidak mempunyai sifat yang sama dengan induknya dan kadang dapat
memperoleh tanaman yang sifatnya lebih buruk dari induknya. Sedangkan
perbanyakan tanaman secara vegetative mempunyai kelebihan yaitu dapat
cepat menghasilkan keturunan baru dalam jumlah banyak sehingga biayanya lebih
murah.
Di era
modern sekarang ini banyak sekali cara membudidayakan tanaman secara vegetative
menggunakan cara lebih praktis, lebih praktis dalam hal ini yaitu cara
membudidayakan suatu tanaman yang hanya membutuhkan waktu yang relative singkat
dan dengan hasil yang dihasilkan sangat memuaskan. Salah satunya yaitu dengan
cara kultur jaringan in vitro tumbuhan yang dapat dilakukan pada tanaman yaitu
contohnya tembakau, pisang, kelapa, melinjo, dan anggrek.
Kultur
jaringan merupakan salah cara membudidayakan tanaman secara vegetative
dengan menggunakan teknik mengisolasi bagian tanaman tertentu seperti daun,
mata tunas, embrio serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam medium yang
dibuat steril dengan kandungan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
tertutup yang transparan atau tembus cahaya sehingga tanaman dapat melakukan
proses fotosintesis sehingga dapat memperbanyak diri dan bergenerasi secara
lengkap dan menjadi tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya.
Banyak
manfaat yang diperoleh dari cara membudidayakan tanaman dengan cara kultur
jaringan tumbuhan yaitu diantaranya mendapatkan tanaman yang banyak dengan
waktu yang relative singkat, mempunyai sifat yang sama dengan induknya, tanaman
yang bebas virus, memperoleh bibit unggul dan sebagai penyimpan plasma nutfah.
Tak dapat
dipungkiri, walaupun kultur jaringan bukan hal baru dalam dunia pertanian
tetapi di indonesia perkembangan kultur jaringan tumbuhan itu sendiri sangat
tertinggal dengan Negara di asia lain, jika 100 orang Indonesia ditanya apa itu
kultur jaringan? Maka hanya 1 orang yang bisa menjawab dan sisa 99 orang
lainnya akan bertanya balik. Jika dibandingkan dengan Negara tetangga seperti
Malaysia, singapura, dan Thailand maka Indonesia sudah tertinggal selama 30
tahun, hal ini berbanding terbalik dengan dahulu yaitu Negara tetangga yang
khususnya Malaysia yang belajar dari Indonesia, tetapi sekarang kenyataannya
Indonesia yang telah ketinggalan 30 langkah dari Negara tetangga.
Jika pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia
“melek” akan teknologi modern yang sudah canggih sekarang ini, pasti Negara
Indonesia akan menjadi Negara yang kaya akan sumber makanan dan dapat
memproduksi dan memenuhi kebutuhan akan bahan pangan yang berkuailtas sehingga
tidak perlu mengimpor bahan pangan dari luar negri, sebaliknya Indonesia akan
dapat menjadi produsen yang dapat mengekspor hasil bahan pangan ke luar negri.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kultur jaringan ini yaitu agar mahasiswa
dapat mengetahui teknik – teknik perbanyakan tanaman secara in vitro, tata cara penyediaan bahan
tanaman untuk kultur jaringan, tata caa sterilisasi media biakan dan alat untuk
kultur jaringan, serta mengetahui proses perbanyakan in vitro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur
jaringan adalah metode untuk mengisolasi
bagian-bagian tanaman seperti sel, jaringan, ataupun organ serta menumbuhkannya
secara aseptis ( bebas hama ) di dalam atau di atas medium budidaya sehingga
bagian-bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap kembali.Menurut
kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur adalah
budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya (Suryowinoto, 1991).
Kultur
jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue
culture, weefsel cultuus atau gewebe
kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang
bentuk dan fungsi sama. Maka kultur jaringan berarti membudidayakan suatu
jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya
(Hendaryono DPS & Wijayani A, 1994).
Kultur
jaringan juga dapat diartikan sebagaisalah satu cara membudidayakan tanaman
secara vegetative dengan menggunakan teknik mengisolasi bagian tanaman atau
jaringan tertentu seperti daun muda, tunas pucuk, batang pucuk, endosperm,
keike, biji, ploem, dan epilotil serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam
medium yang dibuat aseptic dan steril dengan kandungan nutrisi dan zat pengtur
tumbuh dalam wadah yang transparan atau tembus cahaya sehingga tanaman dapat
melakukan proses fotosintesis dan dapat memperbanyak diri serta bergenerasi
secara lengkap dan menjadi tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya
(Rahardja, 1995)
Pelaksanaan
kultur jaringan ini berdasarkan teori sel seperti yang telah dikemukakan oleh
schleiden dan Schwann, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan autonom, bahkan
mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi yaitu kemampuan setiap sel, dari
mana saja sel tersebut diambil, apalagi diletakkan dalam lingkungan yang sesuai
akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna (Hendaryono DPS & Wijayani
A. 1994).
Kultur
jaringan memiliki beberapa macam teknik, diantaranya yaitu sebagai berikut: 1.
Meristem
kultur, yaitu salah satu cara dalam teknik kultur jaringan tumbuhan yang
menggunakan eksplan(bagian tanaman) berupa jaringan muda atau disebut juga
meristem. Teknik ini dapat dilakukan pada kultur meristem melinjo, 2.
Pollen atau
anther kultur, yaitu salah satu cara dalam teknik kultur jaringan yang
menggunakan eksplan berupa serbuk sari atau benang sari tumbuhan, 3. Protoplast
kultur, yaitu merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang menggunakan
eksplan berupa protoplast ( sel hidup yang telah dihilangkan dinding selnya), 4.
Chloroplast
kultur, yaitu merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang menggunakan
eksplan berupa cloroplas dengan tujuan untuk memperbaiki sifat tanaman dengan
membuat varietas baru, dan 5. Somatic
cross atau persilangan protoplasma, yaitu merupakan salah satu teknik kultur
jaringan yang berupa penyilangan dua macam protoplasma menjadi satu, kemudian
dikulturkan secara in vitro dalam medium sehingga menjadi tanaman yang mempunyai
sifat baru (leo anjar kusuma, 2000).
Teknik dalam
kultur jaringan ini mempunyai berbagai macam manfaat yang besar bagi manusia
sesuai fungsinya. Antara lain yaitu 1. dengan
teknik kultur jaringan sel Perbanyakan tanaman, 2.
Untuk
mengeliminasi atau menghilangkan virus, 3.
Memperbaiki
sifat tanaman, 4. Untuk
penyimpanan plasma nutfah, 5. Produksi
metabolism sekunder (leo anjar kusuma, 2000).
Prinsip dasar kultur jaringan yaitu ada 3 prinsip utama 1. Isolasi bagian tanaman dari
tanaman utuh (organ, akar, daun dll), (2)Memelihara bagian tanaman tadi
dalam lingkungan yang sesuai dan kondisi kultur yang tepat, serta 3. Pemeliharaan dalam kondisi
aseptic (Zulkarnain,
2009).
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan
dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan
pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus
disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Zulkarnain, 2009).
Tujuan utama dari propagasi
secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas
mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). ini
mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan
menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan
(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).
BAB III
METODOLOGI
3.1.Tempat dan Waktu
Praktikum
kultur jaringan dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pusat Kegiatan
Penelitian (PKP) Lantai 4, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Senin,
16 Maret 2013 pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
kultur jaringan adalah botol kultur, dissecting kit, timbangan analitik,
wrapping plastik, cawan petri, label, tissue, laminary air flow, autoclave,
bahan kimia untuk media b iakan, pH meter, aluminium foil, pipet mikro, tanaman
(kentang, vanili, pisang), sekam dan
sekam bakar, pot, gelas aqua, plastik trasparan, media pasir, erlenmeyer, gelas
ukur, karet gelang, plastik tahan panas, dan alat tulis menulis serta shaker.
3.3 Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum kultur jaringan
ini yaitu sebagai berikut :
1.
Teori Singkat tentang teknik dan
jenis- jenis kultur jaringan
2.
Pengenalan peralatan lab dan tata
cara penggunaanya untuk kultur jaringan
3.
Menyiapkan alat dan bahan untuk
pembuatan media biakan
4.
Sterilisasi alat-alat gelas secara
kering
5.
Sterilisasi media biakan
6.
Memberi label pada botol media
berdasarkan komoditi yang akan dibiakkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Penstrelisasian alat dengan alkohol
Menggunting eksplan
yang akan ditanam
Penanaman eksplan
Penutupan botol dengan wrapping
4.2.
Pembahasan
Dalam
penanaman eksplan harus dilakukan di lingkungan yang aseptic. Syarat pertama
kultur jaringan juga masih digunakan pada pelaksanaan ini yaitu kondisi yang
aseptik. Pada proses penanaman eksplan, lingkungan yang digunakan haruslah
benar-benar dalam kondisi yang aseptic. Oleh karenanya penanaman biasanya
dilakukan di Enkas, sebuah kotak dengan tepi yang transparan dan terdapat
lubang untuk tangan, atau dengan menggunakan LAF (Laminar Air Flow).
Dalam
penanaman eksplan semua alat-alat yang digunakan harus steril untuk mencegah
terjadinya kontaminasi yang merupakan hal yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam penanaman eksplan pada media. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan
(1988) yang menyatakan Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan
momok yang cukup mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga
dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptic. Stelah dua acara
praktikum diatas dilakukan sterilisasi terhadap peralatan kultur dan media
kultur, tanaman atau eksplan yang akan ditanam juga harus dalam keadaan steril
dan sehat artinya eksplan tidak terserang penyakit ataupun terkena serangan
mikroba.
Selain
peralatan yang digunakan yang perlu disterilisasi maka ruangan yang digunkan
juga harus dalam keadaan aseptik. Hal ini sesuai pendapat Rahardja (1995) yang
menyatakan, keberadaan kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba
lainnya sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu
sterilisasi ruangan juga perlu dilakukan tentunya dengan tujuan untuk
menciptakan lingkungan yang aseptic dan menghilangkan mikroba maupun spora
penyebab kontaminan.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
Ø Pada proses penanaman, tahap
pertama adalah persiapan alatdan sterilisasi alat dan bahan serta ruangan.
Selain itu diperlukan ketelitian yang tinggi untuk menjaga agar tidak terjadi
kekeliruan.
Ø
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman yakni
sterilnya alat dan bahan yang digunakan, pemakaian safety clothes seperti
sarung tangan, masker, dan teknik yang digunakan dalam proses penanaman.
5.2. Saran
Adapun saran untuk laboratorium
yaitu agar dibersihkan dan dirapikan alat-alatnya sebelum melakukan suatu
praktikum. Dan adapum saran untukasisten
agar memberikan penjelasan secara detail tentang praktikum ini kepada para praktikannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan,
L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan,
PAU Bioteknologi, IPB. Diakses pada tanggal 16 februari 2013.
Hendaryono
DPS & Wijaya A. 1994. Teknik Kultur
Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern.
Yogyakarta: Kanisus. Diakses pada tanggal 16 Maret 2013.
Kusuma,
Anjar Leo.2000. Teori-teori Kultur
Jaringan Materi Ajar.jogjakarta : UGM. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2013.
Rahardja,
P. C. 1995. Kultur Jaringan : Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern.
Penerbit Swadaya, Jakarta. Diakses pada tanggal 10 Maret 2013.
Suryowinoto
moeso.1996.Pemulihan Tanaman Secara In
Vitro.Yogyakarta:Kanisius. Diakses pada tanggal 15 Maret 2013.
Wetherell.1982.Pengantar Propagasi Tanaman Secara In
Vitro.Semarang:IKIP Semarang Press. Diakses pada tanggal 17 Maret
2013.
Zulkarnain,
2009. Kultur jaringan Tanaman Solusi
Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Jakarta: Bumi Aksara. Diakses pada tanggal
11 Maret 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar