mouse

Cute Rocking Baby Monkey

Kamis, 05 Desember 2013

PEMBUATAN MEDIA. SAKTI



Laporan Praktikum
BIOTEKNOLOGI

                                                                   PEMBUATAN MEDIA



OLEH
                     NAMA                        : SAKTI
                     NIM                            : G11112340
                     KELAS                       : D

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Pembuatan media pada prinsipnya dilakukan dengan melarutan semua komponen media dalam air sesuai dengan konsentrasi pada permulasi yang diinginkan, penimbangan komponen media satu persatu untuk setiap pembuatan media kultur tidak praktis dan hanya dapat dilakukan jika jumlah zatnya cukup besar, masalah tersebut dapat diatasi dengan pembuatan larutan stok.
Berdasarkan uraian diatas maka perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan sangat bergantung pada jenis medianya karena merpakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam kultur jaringan, Pembuatan media pada prinsipnya dilakukan dengan melarutan semua komponen media dalam air sesuai dengan konsentrasi pada permulasi yang diinginkan, penimbangan komponen media satu persatu untuk setiap pembuatan media kultur tidak praktis dan hanya dapat dilakukan jika jumlah zatnya cukup besar, masalah tersebut dapat diatasi dengan pembuatan larutan stok.

1.2   Tujuan dan Mamfaat
Adapun tujuan dari praktikum penbatan media MS dan PDA ini, yaitu untuk mengetahui jenis-jenis media kultur, untuk mengetahui sifat dan komposisi pembuatan media, untuk mengetahui teknik aseptic pembuatan media, untuk mengetahui dan memahami rumus perhitungan larutan stok.
Adapun mamfaat dari praktikum yang dilakukan diharapkan mahasiswa dapat mengetahui sifat media kultur jaringan dan pemanfaatnya serta mampu membuat media kultur jaringan.
           




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Tanaman
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.  Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.  Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.  Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.  Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.  Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Suryowinoto, 1991).
Dalam kultur jaringan, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk unsure murni, tetapi berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam media tumbuh, garam-garam mineral itu haruslah lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi tertentu, sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai dengan ketentuan sebagai pelarut dipakai akuades (Yuwono, 2008).
Menurut (Anonim, 2011), Untuk memenuhi faktor pertumbuhan tanaman, media kultur jaringan yang baik mengandung :
1. Hara anorganik
Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur.
2. Hara organik
Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya.Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media.Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan. Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi.Dengan penelitian yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu, mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino.
3. Sumber karbon
           Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energi bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh. Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalamkultur.
4. Agar
            Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel.Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan.
5. pH
Media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum.Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat.
6. Zat Pengatur Tumbuh
Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh.Zat pengatur tumbuh.
7. Air
Distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media.
8. Pemilihan Media
Jika tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1.Untuk multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA pada konsentrasi yang rendah.Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2 mgL-1 ditambahkan.






BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum pembuatan media dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai 4, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Senin, 05 Maret 2013 pukul 08.00 WITA sampai selesai.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat - alat yang digunakan dalam pembuatan media MS dan PDA pada waktu praktikum pembuatan media yaitu:  Timbangan Analitik,  Gelas Piala, pH meter, Pipet, Kompor gas, Panci+ Pengaduk, Aluminiumfoil, Tissu, Korek api, Magnetik stirer
Pada pembuatan media Ms, bahan yang digunakan yaitu Air steril, Agar-agar, Gula pasir, Stok nutrisi A-F, Aluminium Poil, KOH (Menurunkan PH), HCL (Menaikkan PH), dan BAP. pada pembuatan media PDA, bahan yang digunakan yaitu kentang, agar-agar , gula, aquadest, aluminium foil, dan wraiping.
3.2 PROSEDUR KERJA
3.2.1 Prosedur Kerja Pembuatan Media Ms
            Adapun prosedur kerja pembuatan media MS, yaitu sebagai berikut:
1. Hitung bahan-bahan yang akan dipakai untuk membuat larutan stok, kemudian timbang
2. Buatlah larutan 350ml dengan mencampur bahan-bahan tersebut dengan stirer, kemudian ukur pHnya
3. Tambah volume dengan aquades sampai 500ml
4. 5 ml stok mikro digunakan untuk membuat 1 L media MS
6. Didihkan larutan diatas kompor
7. Agar dan gula sambil diaduk, angkat bila sudah homogen
8. Masukkan dalam botol steril, tutup botol
9. Sterilisasi dengan autokalf
10. Letakkan dalam inkubator
3.2.1 Prosedur Kerja Pembuatan Media PDA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Sterilisasi kering alat yang ingin digunkan seperti cawan dan erlemeyer
3. Siapkan bahan (kentang) yang telah dipotong seperti dadu
4. Agar-agar dimasukkan ke dalam erlemeyer kemudian dicampur dengan air (sedikit).
5. Kemudian taruhkan gula
6. Kemudian kentang direbus
7. Disaring (airnya yang diambil dan dimasukkan ke dalam erlemeyer) sampai 500 ml
7. Kemudian dipanaskan dioplet (sampai mendidih) sambil diaduk
8. Setelas selesai dipanaskan kemudian diangkat lalu ditutup dengan aluminium point.
9. Lalu dimasukkan ke dalam autoclave selama 2 jam.
10. kemudian dibawah ke aliminar air flow
11. Sebelum dituang, masukkan cloroplinicol (anti biotik) sebanyak 1 biji
12 Kemudian dituang ke cawan yang sudah sisterilisasi
13. kemudian di tutup dan di simpang lalu diisolasi dengan Wrapping plastik
14. kemudian kita tunggu sampai siap digunakan.





BAB. IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1  Hasil
No
Nama Media
Gambar



1.
Media MS

2.
Media PDA


1.2  Pembahasan
4.2.1 Media MS
            Media MS merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau. Menurut (Arief Budi Witarto, 2006) menyatakan bahwa Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsentrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain.
Pada praktium pembuatan media MS, langkah- langkah yang dilakukan yaitu terlebih dahulu mensterilkan botol kultur kedalam Oven selama  2 jam, kemudian masukkan Larutkan stok nutrisi ke dalam erlemeyer yg berisi air steril dgn menggunakan alat eppendorf + BAP 1 ppm sebagai ZPTnya, Tambahkan air hingga batas yang ingin di buat, Ukur PH larutan tersebut sesuai PH yang di inginkan oleh tanaman yang ingin di tumbuhkan (5,7-5,8). Untuk menaikkan PH maka kita tambahkan dengan HCL dan untuk Menurunkan PH kita tambahkan dengan KOH, Tambahkan agar-agar 1 bungkus/L dan gula pasir 40 gr/L, Tutup erlemeyer(wadahnya) dengan menggunakan Aluminium foil,  Homogenkan dengan menggunakan Hotplet dan magnetik stirets sekaligus di panaskan  hingga mendidih, Setelah mendidih tuang media kedalam botol kultur dengan volume sekitar 20 ml/ botol.kemudian pasang tutup botolnya dengan rapat, selanjutnya Sterilkan botol kultur yang berisi media dengan menggunakan autoklaf kurang lebih 1 jam dengan suhu 1210C pada tekanan 1-1,5 ATM, simpan media selama 3 hari sebelum penanaman hal ni sesuai dengan pendapat  (Arief Budi Witarto, 2006) yang menyatakan bahwa langkah – langkah dalam pembuatan media MS yang paling pertama adalah mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan daam pembuatan media MS.
4.2.2 Media PDA
            Media PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan medium semisintetik. Media merupakan tempat dimana terjadi perkembangan organism, organism menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta dari agar yang telah dicampur. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa kentang harus dipotong dadu, agar karbohidrat di kentang dapat di kelar dan menyatu dengan air sehingga menjadi kaldu.
            Pada praktium pembuatan media PDA, langkah- langkah yang dilakukan yaitu Siapkan semua alat dan bahan yang ingin di pergunakan, Bersihkan dan iris-iris kecil kentang kemudian bersihkan kembali, lalu di rebus hingga mendidih, Sambil menunggu kentangnya mendidih, campurkan agar-agar dan gula pasir yg telah ditimbang menggunakan timbangan analitik kedalam Erlemeyer yg berisi air aqudest, Kentang yang telah mendidih diambil ekstraknya dan kemudian tuang ekstraknya kedalam Erlemeyer, Homogenkan bahan dengan menggunakan hotplet ,kemudian di Autoklaf selama kurang lebih 60 menit, Letakkan di dalam LAF, selanjutnya setelah dingin tuang seperti halnya media, Wraiping (Isolasi) capet yang berisi media, Simpan di tempat yang steril, hal ini sependapat dengan (M. Nasir, 2002) menyatakan bahwa kentang yang sudah dipotong potong kecil dan dibersihkan kemudian direbus kembali hingga mendidih, sambil menunggu kentang mendidih, agar-agar dan gula pasir di campurkan kedalam Erlemeyer yg berisi air aqudest yang telah ditimbang menggunakan timbangan analitik.




  

BAB V
 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
    -             Media MS adalah salah satu media kultur jaringan yang menggunakan media agar. gula, stok A-F, dan hormone tumbuh lainya. Dimana proses pembuatanya dimulai dari sterilisasi alat, pembuatan stok hingga penyimpanan media untuk proses penanaman kultur jaringan selanjutnya. Fungsinya untuk pembiakan pada kultur jaringan.
      -           Media PDA adalah media yang digunakan untuk pembiakan cendawan atau jamur. Dimana proses pembuatanya dimulai dari sterilisasi alat, pemotongangan kentang sampai dengan mengisolasi media dan menyimpannya untuk proses selanjutnya. Fungsinya yaitu untuk pembiakan cendawan dan jamur.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum pembuatan media mahasiswa diberi waktu yang cukup untuk lebih mengenal dan memahami media-media yang digunakan dalam kultur jaringan agar mahasiswa lebih memahaminya dan ruang laboratorium yang digunakan harus lebih bersih dan disertai AC agar mahasiswa dapat melakukan praktikum dengan baik.







DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2011.Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Diakses pasa tanggal 12 januari 2013.
Budi Witarto, Arief. 2006. Bioteknologi di Indonesia: Kondisi dan Peluang. http: //io.ppi-jepangorg/. Diakses pada tanggal 22 februari 2013.
Nasir M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Generika Tanaman. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Diakses pada tanggal 25 februari 2013.
Suryowinoto, 1991.Kultur jaringan.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur
              Diakses pada tanggal 11Februari 2013.
Yuwono T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: UGM Press. Diakses pada tanggal 24 Februari 2013.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar