Laporan Praktikum
BIOTEKNOLOGI
OLEH
NAMA : SAKTI
NIM : G11112340
KELAS : D
PRODI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Media
merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan
perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara
umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan
sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta
bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan
telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk
eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan
berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda
dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Pembuatan media pada
prinsipnya dilakukan dengan melarutan semua komponen media dalam air sesuai
dengan konsentrasi pada permulasi yang diinginkan, penimbangan komponen media
satu persatu untuk setiap pembuatan media kultur tidak praktis dan hanya dapat
dilakukan jika jumlah zatnya cukup besar, masalah tersebut dapat diatasi dengan
pembuatan larutan stok.
Berdasarkan
uraian diatas maka perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode
kultur jaringan sangat bergantung pada jenis medianya karena merpakan salah
satu faktor penunjang keberhasilan dalam kultur jaringan, Pembuatan media pada
prinsipnya dilakukan dengan melarutan semua komponen media dalam air sesuai
dengan konsentrasi pada permulasi yang diinginkan, penimbangan komponen media
satu persatu untuk setiap pembuatan media kultur tidak praktis dan hanya dapat
dilakukan jika jumlah zatnya cukup besar, masalah tersebut dapat diatasi dengan
pembuatan larutan stok.
1.2
Tujuan dan Mamfaat
Adapun
tujuan dari praktikum penbatan media MS dan PDA ini, yaitu untuk mengetahui
jenis-jenis media kultur, untuk mengetahui sifat dan komposisi pembuatan media,
untuk mengetahui teknik aseptic pembuatan media, untuk mengetahui dan memahami
rumus perhitungan larutan stok.
Adapun
mamfaat dari praktikum yang dilakukan diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
sifat media kultur jaringan dan pemanfaatnya serta mampu membuat media kultur
jaringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Media Tanaman
Media merupakan
faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung
dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya
terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat
pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung
reaksi atau botol-botol kaca. Media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Suryowinoto,
1991).
Dalam kultur
jaringan, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk unsure murni, tetapi berupa
senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam media tumbuh, garam-garam
mineral itu haruslah lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi tertentu,
sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai dengan
ketentuan sebagai pelarut dipakai akuades (Yuwono, 2008).
Menurut
(Anonim, 2011), Untuk memenuhi faktor pertumbuhan tanaman, media kultur
jaringan yang baik mengandung :
1. Hara anorganik
Ada 12 hara
mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang
dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam
kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur.
2. Hara organik
Tanaman
yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua
kebutuhan bahan organiknya.Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa
ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup
untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke
media.Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin,
piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan. Selain bahan organik tersebut,
bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein
hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain.
Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi.Dengan
penelitian yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat
tertentu, mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino.
3. Sumber karbon
Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh
secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya,
maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan
energi bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk
memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh. Biasanya
sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon
lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika
sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa
yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalamkultur.
4. Agar
Umumnya jaringan dikulturkan pada
media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar
sperti Gelrite atau Phytagel.Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara
0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air
yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan
kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak
mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan.
‘
5. pH
Media biasanya
diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH
yang berbeda untuk pertumbuhan optimum.Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media
mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat
memadat.
6. Zat Pengatur Tumbuh
Pada media umumnya
ditambahkan zat pengatur tumbuh.Zat pengatur tumbuh.
7. Air
Distilata
biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides
(air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air
hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik
pada media.
8. Pemilihan Media
Jika
tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog
1962). Media ini mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi
dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada berbagai tanaman
dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1
– 5 mgL-1.Untuk multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga
diberi auksin, seperti NAA pada konsentrasi yang rendah.Untuk inisiasi akar,
IBA pada konsentrasi 1 – 2 mgL-1 ditambahkan.
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum pembuatan media
dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pusat
Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai 4, Universitas Hasanuddin,
Makassar, pada hari Senin, 05 Maret 2013 pukul 08.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat - alat yang digunakan dalam pembuatan media MS
dan PDA pada waktu praktikum pembuatan media yaitu: Timbangan Analitik, Gelas Piala, pH meter, Pipet, Kompor gas, Panci+
Pengaduk, Aluminiumfoil, Tissu, Korek api, Magnetik stirer
Pada
pembuatan media Ms, bahan yang digunakan yaitu Air
steril, Agar-agar, Gula pasir, Stok nutrisi A-F, Aluminium Poil, KOH (Menurunkan
PH), HCL (Menaikkan PH), dan BAP. pada pembuatan media PDA, bahan yang
digunakan yaitu kentang, agar-agar , gula, aquadest, aluminium foil, dan
wraiping.
3.2
PROSEDUR KERJA
3.2.1
Prosedur Kerja Pembuatan Media Ms
Adapun
prosedur kerja pembuatan media MS, yaitu sebagai berikut:
1. Hitung bahan-bahan yang akan dipakai
untuk membuat larutan stok, kemudian timbang
2. Buatlah larutan 350ml dengan
mencampur bahan-bahan tersebut dengan stirer, kemudian ukur pHnya
3. Tambah volume dengan aquades
sampai 500ml
4. 5 ml stok mikro digunakan untuk
membuat 1 L media MS
6. Didihkan larutan diatas kompor
7. Agar dan gula sambil diaduk,
angkat bila sudah homogen
8. Masukkan dalam botol steril,
tutup botol
9. Sterilisasi dengan autokalf
10.
Letakkan dalam inkubator
3.2.1
Prosedur Kerja Pembuatan Media PDA
1. Siapkan
alat dan bahan
2.
Sterilisasi kering alat yang ingin digunkan seperti cawan dan erlemeyer
3. Siapkan
bahan (kentang) yang telah dipotong seperti dadu
4. Agar-agar
dimasukkan ke dalam erlemeyer kemudian dicampur dengan air (sedikit).
5. Kemudian
taruhkan gula
6. Kemudian
kentang direbus
7. Disaring
(airnya yang diambil dan dimasukkan ke dalam erlemeyer) sampai 500 ml
7. Kemudian
dipanaskan dioplet (sampai mendidih) sambil diaduk
8. Setelas
selesai dipanaskan kemudian diangkat lalu ditutup dengan aluminium point.
9. Lalu
dimasukkan ke dalam autoclave selama 2 jam.
10. kemudian
dibawah ke aliminar air flow
11. Sebelum
dituang, masukkan cloroplinicol (anti biotik) sebanyak 1 biji
12 Kemudian
dituang ke cawan yang sudah sisterilisasi
13. kemudian
di tutup dan di simpang lalu diisolasi dengan Wrapping plastik
14. kemudian
kita tunggu sampai siap digunakan.
BAB.
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
No
|
Nama Media
|
Gambar
|
1.
|
Media MS
|
|
2.
|
Media PDA
|
|
1.2 Pembahasan
4.2.1 Media
MS
Media MS merupakan perbaikan
komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik yang mendukung
pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau. Menurut (Arief Budi Witarto,
2006) menyatakan bahwa Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N
dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang
terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau
Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan
sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsentrasinya
dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk
kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur
jaringan jenis tanaman lain.
Pada
praktium pembuatan media MS, langkah- langkah yang dilakukan yaitu terlebih
dahulu mensterilkan botol kultur kedalam Oven selama 2 jam, kemudian masukkan Larutkan stok
nutrisi ke dalam erlemeyer yg berisi air steril dgn menggunakan alat eppendorf
+ BAP 1 ppm sebagai ZPTnya, Tambahkan air hingga batas yang ingin di buat, Ukur
PH larutan tersebut sesuai PH yang di inginkan oleh tanaman yang ingin di
tumbuhkan (5,7-5,8). Untuk menaikkan PH maka kita tambahkan dengan HCL dan
untuk Menurunkan PH kita tambahkan dengan KOH, Tambahkan agar-agar 1 bungkus/L
dan gula pasir 40 gr/L, Tutup erlemeyer(wadahnya) dengan menggunakan Aluminium
foil, Homogenkan dengan menggunakan
Hotplet dan magnetik stirets sekaligus di panaskan hingga mendidih, Setelah mendidih tuang media
kedalam botol kultur dengan volume sekitar 20 ml/ botol.kemudian pasang tutup
botolnya dengan rapat, selanjutnya Sterilkan botol kultur yang berisi media
dengan menggunakan autoklaf kurang lebih 1 jam dengan suhu 1210C
pada tekanan 1-1,5 ATM, simpan media selama 3 hari sebelum penanaman hal ni
sesuai dengan pendapat (Arief Budi
Witarto, 2006) yang menyatakan bahwa langkah – langkah dalam pembuatan media MS
yang paling pertama adalah mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan daam
pembuatan media MS.
4.2.2 Media PDA
Media PDA (Potato Dextrose Agar)
merupakan medium semisintetik. Media merupakan tempat dimana terjadi
perkembangan organism, organism menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan
gula serta dari agar yang telah dicampur. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa
kentang harus dipotong dadu, agar karbohidrat di kentang dapat di kelar dan
menyatu dengan air sehingga menjadi kaldu.
Pada praktium pembuatan media PDA,
langkah- langkah yang dilakukan yaitu Siapkan semua alat dan bahan yang ingin
di pergunakan, Bersihkan dan iris-iris kecil kentang kemudian bersihkan kembali,
lalu di rebus hingga mendidih, Sambil menunggu kentangnya mendidih, campurkan
agar-agar dan gula pasir yg telah ditimbang menggunakan timbangan analitik
kedalam Erlemeyer yg berisi air aqudest, Kentang yang telah mendidih diambil
ekstraknya dan kemudian tuang ekstraknya kedalam Erlemeyer, Homogenkan bahan
dengan menggunakan hotplet ,kemudian di Autoklaf selama kurang lebih 60 menit, Letakkan
di dalam LAF, selanjutnya setelah dingin tuang seperti halnya media, Wraiping
(Isolasi) capet yang berisi media, Simpan di tempat yang steril, hal ini
sependapat dengan (M. Nasir, 2002) menyatakan bahwa kentang yang sudah dipotong
potong kecil dan dibersihkan kemudian direbus kembali hingga mendidih, sambil
menunggu kentang mendidih, agar-agar dan gula pasir di campurkan kedalam Erlemeyer
yg berisi air aqudest yang telah ditimbang menggunakan timbangan analitik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
-
Media MS adalah salah satu media
kultur jaringan yang menggunakan media agar. gula, stok A-F, dan hormone tumbuh
lainya. Dimana proses pembuatanya dimulai dari sterilisasi alat, pembuatan stok
hingga penyimpanan media untuk proses penanaman kultur jaringan selanjutnya.
Fungsinya untuk pembiakan pada kultur jaringan.
-
Media PDA adalah media yang
digunakan untuk pembiakan cendawan atau jamur. Dimana proses pembuatanya
dimulai dari sterilisasi alat, pemotongangan kentang sampai dengan mengisolasi
media dan menyimpannya untuk proses selanjutnya. Fungsinya yaitu untuk
pembiakan cendawan dan jamur.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum pembuatan
media mahasiswa diberi waktu yang cukup untuk lebih mengenal dan memahami
media-media yang digunakan dalam kultur jaringan agar mahasiswa lebih
memahaminya dan ruang laboratorium yang digunakan harus lebih bersih dan
disertai AC agar mahasiswa dapat melakukan praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima,
2011.Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi.
Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Diakses pasa tanggal 12 januari
2013.
Budi
Witarto, Arief. 2006. Bioteknologi di Indonesia: Kondisi dan Peluang. http: //io.ppi-jepangorg/.
Diakses pada tanggal 22 februari 2013.
Nasir
M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Generika Tanaman. Penerbit PT.
Citra Aditya Bakti. Bandung. Diakses pada tanggal 25 februari 2013.
Suryowinoto, 1991.Kultur jaringan.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur
Diakses pada tanggal 11Februari 2013.
Yuwono T. 2008.
Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: UGM Press. Diakses pada tanggal 24
Februari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar